Demam Berdarah Dua orang adik saya
dirawat di rumah sakit karena demam berdarah. Pertama adik saya yang laki-laki
(21) masuk rumah sakit karena demam tinggi dua hari disertai sakit kepala hebat
dan pegal-pegal. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan lekosit serta
trombosit sehingga dokter mencurigai demam berdarah dengue. Hari pertama masuk
rumah sakit, demam masih tinggi tapi disertai oleh perdarahan dari hidung yang
cukup banyak. Trombosit semakin menurun menjadi 43.000 dan hari kelima demam
menjadi hanya 13.000. Dia mendapat infus dan obat penurun demam dan ketika
terjadi perdarahan hidung dokter menyarankan transfusi darah berupa trombosit.
Keadaannya lemah dan hemoglobinnya turun. Kami semua khawatir karena perdarahan
cukup banyak. Untunglah pada hari keenam demam menurun dan trombosit tak turun
lagi, bahkan meningkat secara bertahap. Dia mulai membaik sehingga setelah lima
hari dirawat diizinkan pulang setelah trombosit menjadi 102.000. Menjelang adik
pulang, adik saya yang perempuan demam tinggi juga. Kami segera memeriksa
laboratorium. Kami khawatir dia demam berdarah, tetapi trombositnya masih
130.000 (normal 150.000 sampai 400.000), jadi hanya sedikit menurun. Dokter
memberi pilihan untuk pemeriksaan darah tiap hari dari rumah atau langsung
dirawat di rumah sakit. Kami memilih dirawat di rumah sakit saja karena
terpengaruh pengalaman dengan adik saya yang laki-laki. Pada perawatan di rumah
sakit ternyata trombosit adik perempuan saya turun cepat sekali. Pada hari
keempat demam, trombosit menjadi 12.000, bahkan pada hari kelima menjadi hanya
6.000 saja. Namun tak ada perdarahan. Dokter tak memberikan transfusi darah
meski trombositnya amat rendah. Untunglah kemudian demam hilang dan trombosit
naik lagi secara bertahap sehingga setelah dirawat 7 hari dia boleh pulang.
Dari kedua pengalaman di atas saya ingin bertanya, apakah kita dapat meramalkan
demam berdarah yang akan menjadi berat atau biasa saja. Apakah pemeriksaan
darah harus dilakukan tiap hari? Apakah vaksin demam berdarah telah ada dan
bila akan digunakan di negeri kita. Apakah demam berdarah dapat menimbulkan
kematian? (M di J) Jawaban Perjalanan penyakit demam berdarah dengue biasanya
demam tinggi dan setelah demam hari ketiga memasuki masa hati-hati karena pada
masa itu demam akan turun, tetapi jumlah trombosit juga menurun secara nyata.
Pada masa hati-hati dapat terjadi berbagai penyulit, seperti perdarahan atau bahkan
juga syok. Namun, pada umumnya setelah masa hati-hati terjadi pemulihan dan
dalam waktu yang tak terlalu lama pasien akan dapat pulang. Memang sulit
diramalkan apakah penderita demam berdarah dengue akan baik-baik saja atau akan
mengalami berbagai keadaan yang tak diinginkan. Karena itulah pada umumnya
setelah demam tiga hari dokter merasa lebih aman untuk merawat pasien, terutama
jika trombositnya rendah. Seperti dialami oleh adik perempuan Anda, penurunan
trombosit dapat cepat sekali. Namun pada umumnya meski trombosit rendah jika
tak ada perdarahan, apalagi pasiennya tak mempunyai penyakit perdarahan, tidak
diperlukan transfusi darah. Keberhasilan perawatan demam berdarah memang baik.
Namun, kematian dapat terjadi meski jarang (kurang dari 1 persen). Terapi yang
utama pada demam berdarah dengue adalah cairan dan penanganan terjadinya
kemungkinan komplikasi. Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus sehingga
pada umumnya tak diperlukan antibiotika. Obat penurun demam diperlukan untuk
kenyamanan pasien, tapi demam akan turun secara permanen jika sudah lima hari.
Pemantauan pasien dilakukan setiap hari agar perubahan keadaan klinis serta
laboratorium (trombosit) dapat dipantau secara baik. Di Jakarta ada beberapa
daerah yang kekerapan penyakit demam berdarahnya tinggi. Sudah tentu sebenarnya
yang kita impikan adalah upaya pencegahan demam berdarah di negeri kita
berhasil mencegah timbulnya penyakit demam berdarah tersebut. Pencegahan Apakah
setiap tahun kita akan tetap merasa cemas karena ancaman demam berdarah dengue?
Jawabannya tentu tergantung pada kita semua. Jika kita berhasil memberantas
sarang jentik nyamuk, maka lingkungan akan bebas dari nyamuk yang menularkan
demam berdarah (Aedes aegypti). Pemerintah telah menggalakkan upaya
menghilangkan sarang-sarang pertumbuhan jentik ini, yaitu genangan air. Namun,
upaya tersebut harus dilakukan serentak dan secara berkesinambungan. Di
Jakarta, setiap Jumat masyarakat diajak membersihkan jentik-jentik ini, tapi
belum semua masyarakat ikut serta dan juga kegiatan ini belum berkesinambungan.
Itulah sebabnya kita masih menghadapi masalah demam berdarah. Para petugas
kesehatan di rumah sakit berupaya untuk memulihkan pasien demam berdarah.
Seharusnya di masyarakat kita semua harus berupaya memerangi nyamuk demam
berdarah dengan memberantas jentik-jentiknya. Upaya pencegahan sebenarnya jauh
lebih murah dan juga harus kita ingat upaya terapi tak selalu berhasil sehingga
ada keluarga yang akan kehilangan anak atau keluarganya yang meninggal karena
demam berdarah. Sampai saat ini vaksin demam berdarah masih dalam penelitian
meski tahapnya sudah amat dekat dengan penggunaan di masyarakat. Namun, patut
diingat, vaksinasi demam berdarah jika nanti tersedia biayanya tak akan murah.
Sedangkan untuk mencegah penularan, vaksinasi demam berdarah ini cakupannya
harus tinggi. Karena itu mungkin masih akan lebih murah menjaga lingkungan agar
tak ada genangan air yang memberi kesempatan pada jentik nyamuk demam berdarah.
Sudah cukup banyak negara yang berhasil mengendalikan demam berdarah, semoga
kita juga bisa. Dr. Samsuridjal Djauzi
http://health.kompas.com/read/2011/01/24/07190575/Perawatan.Demam.Berdarah.di.Rumah.Sakit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar